Mengatasi Diare Pada Balita

Menurut sebuah harian lokal media pemberitaan (Radar Tarakan), pada awal bulan Juli 2012 yang lalu, terjadi peningkatan kunjungan kasus diare pada balita di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soemarno Sosroadmodjo Tanjung Selor.  Kejadian tersebut dapat diindikasikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) mengingat adanya lonjakan kasus lebih besar dari biasanya.  Banyak orang bertanya-tanya “Apakah Diare itu dan Bagaimana mengatasinya?.

Menurut definisi Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization), diare adalah buang air besar dengan frekuensi lebih sering (lebih dari tiga kali sehari) dan bentuk tinja lebih cair dari biasanya. Penyakit ini dapat menyerang anak-anak maupun orang dewasa, tapi balita cenderung lebih rentan terserang diare. Karena itu, penting bagi Bunda untuk mengetahui langkah-langkah pertama dalam mengatasi diare pada balita.

Penyebab diare pada balita bermacam-macam. Bisa dari makanan atau minuman yang tidak bersih hingga saluran pencernaannya terinfeksi virus, bakteri, atau parasit. Bisa juga karena alergi susu, atau mungkin dari botol susu yang terkontaminasi. Umumnya, diare lebih sering ditemukan pada lingkungan yang kurang bersih dan populasi penduduk yang relatif padat. Karena, pada lingkungan seperti ini biasanya sumber air tidak bersih dan organisme yang terkandung dalam udara sekitar pun mengandung penyakit.

Gejala diare pada balita bisa dibarengi muntah, demam, penurunan nafsu makan, serta badan lesu dan dehidrasi. Dari semua gejala tersebut, dehidrasi merupakan gejala yang paling patut diwaspadai. Meski terlihat sepele, kekurangan cairan pada balita dapat berakibat fatal karena dapat mengganggu kinerja jantung dan otak. Karena itu, dalam mengatasi diare pada balita, pastikan bahwa si kecil menerima banyak cairan, sekitar 150-200 ml/kg berat badannya.

Bunda juga bisa membuatkannya oralit dengan melarutkan 1 sendok teh garam dan 8 sendok teh gula ke dalam 5 gelas air matang. Kemudian, buatkan makanan yang banyak mengandung air seperti bubur sehingga tak hanya menggantikan cairan, tapi juga lebih mudah dicerna. Jika sekiranya langkah-langkah tersebut belum cukup untuk mengatasi diare si kecil, mungkin Bunda perlu membawa si kecil ke dokter. Biasanya, dokter akan melakukan pemeriksaan kadar elektrolit dan sel darah putih untuk memastikan bahwa penyakitnya tidak serius.

Sebenarnya, diare pada balita bisa dicegah sejak dini dengan pemberian ASI eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan. Kemudian, makanan pendamping ASI (MPASI) juga tak kalah penting untuk melengkapi kebutuhan gizi si kecil. Terbukti, anak yang menerima ASI eksklusif dan MPASI yang memadai lebih kebal terhadap serangan diare.

Sumber: http://www.ibudanbalita.com/pojokcerdas/mengatasi-diare-pada-balita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar