Riset Fasilitas merupakan salah satu survey berkala yang diselenggarakan oleh Balitbangkes yang memang salah satu ruang lingkup kegiatannya adalah melakukan survey berkala untuk memantau indikator derajat kesehatan masyarakat dan indikator pelayanan kesehatan disamping melakukan Riset pengembangan/ terapan (seperti pengembangan produk terobosan: diagnostik, vaksin, obat, formula makanan, prototipe teknologi kesehatan, model intervensi dan public health law serta studi kohort khususnya untuk penyakit tidak menular yang kronis). Riset-riset yang diselenggarakan sebenarnya terdiri dari 3 macam riset dasar, yaitu: Riskesdas berbasis komunitas (Rikom): status kesehatan dan faktor yang mempengaruhi, termasuk biomedis. Ini dilakukan setiap 3 tahun; Riskesdas berbasis fasilitas (Rifas): sarana dan kualitas pelayanan kesehatan rumah sakit, puskesmas dan laboratorium juga setiap 3 tahun; Riskesdas khusus (Rikus): dampak kesehatan dari pencemaran oleh pabrik dan lingkungan sosial budaya yg mempengaruhi kesehatan masyarakat, juga setiap 3 tahun
Riset Fasilitas sendiri (sebenarnya istilah baku yang digunakan di Kementerian Kesehatan adalah Sarana Pelayanan Kesehatan atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan) “hanya” meliputi Rumah Sakit (Umum dan Khusus) dan Puskesmas. Dengan substansi yang di-riset adalah: Kelengkapan SDM kesehatan, Regulasi dan kebijakan, Sumber dana, unit cost, Sarana fasyankes, alat dan obat serta Kualitas yankes (ranap & rajal). Riset ini bertujuan untuk memotret Rumah Sakit (1.523) beserta IKRS (Indkes Kinerja Rumah Sakit), Puskesmas (8.737) beserta IKPus (Indeks Kinerja Puskesmas) dan Laboratorium (717) beserta IKL (Indeks Kinerja Laboratorium)nya.
Tujuan dari Rifas secara umum: Diketahuinya potret kinerja RS, puskesmas dan laboratorium di seluruh Indonesia. Tujuan khusus: Diketahuinya data dasar RS, puskesmas dan laboratorium (sarana fisik, peralatan medis/non-medis, dana dan ketenagaan) seluruh Indonesia; Dirumuskannya “indeks kinerja” IKRS, IKPus dan IKL; Diketahuinya peringkat RS, puskesmas dan lab. di seluruh Indonesia berdasarkan indeks ybs. Manfaat yang diharapkan adalah Dengan diketahuinya peringkat RS, puskesmas dan lab di Indonesia, dapat diinformasikan kepada masyarakat kondisi obyektif setiap RS, puskesmas & lab dari yg bagus sampai yg jelek. Kemudian data IKRS, IKPus dan IKL dapat digunakan untuk advokasi ke Pemda/pihak terkait untuk meningkatkan kinerja RS, puskesmas & lab, serta penajaman prioritas program intervensinya serta bisa digunakan sebagai salah satu parameter untuk mentukan besarnya alokasi bantuan Pusat ke RS dan puskesmas.
Kinerja sarana pelayanan kesehatan tersebut diukur berdasarkan beberapa kelompok kinerja, yaitu: Kelompok masukan (input); Kelompok proses; Kelompok keluaran (output); Kelompok hasil (outcome); Kelompok manfaat (benefit); dan Kelompok dampak (impact). Draf indikator kinerja dapat dilihat pada file-file terlampir.
Kegiatan yang dilakukan pada Tahun 2010 adalah tahap persiapan: Serangkaian temu pakar untuk menyusun instrumen, uji coba instrumen dan perbaikan instrumen. Kemudian pada tahun 2011 dilanjutkan dengan pelaksanaan yang terdiri dari: Pelatihan MOT (master of training), pelatihan TOT, pelatihan Enumerator, pengumpulan data, analisis data dan pelaporan deskriptif. Tahun 2012 akan dilanjutkan dengan analisa lanjut temasuk hubungan antar variabel.
Diharapkan para pemerhati pelayanan kesehatan di Indonesia dapat memberikan masukan untuk mengusulkan indikator yang layak untuk masuk dalam Indeks (IKRS, IKPus dan IKL) dan perumusan indeks (seperti IPKM atau pakai pendekatan lain), sedangkan pada saat penelitian berjalan mengusulkan siapa saja yang layak dilibatkan serta untuk jangka panjang usulan tentang membuat jejaring penelitian RIFAS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar